[High School's End Euforia] "Kelulusan"

Haru berjalan cepat menuju gerombolan teman-temannya. Wajahnya sumringah. Degup jantungnya seolah bisa terdengar oleh orang lain. Dia segera menyapa riang teman-temanya. Wajah mereka pun sama sumringahnya dengan Haru.

"Gimana?" tanya Haru pada seorang teman.

"Tunggu jam 15.00 nanti," sahut temannya yang satu lagi sambil tersenyum lebar.

Haru ikut duduk, sama dengan putihabuabu-ers lainnya. Sebenarnya sejak tadi malam, dia sudah mengetahui sebuah kabar gembira yang akan diumumkan hari ini. Sepertinya juga bukan hanya dia, karena teman-temannya pun sudah saling menyelamati satu sama lain. Bahkan ada yang bajunya tak bersih lagi.

Menunggu adalah hal paling membosankan menurut Haru, tapi menunggu untuk yang satu ini merupakan saat-saat mendebarkan sekaligus menyenangkan. Haru bertemu lagi dengan teman-teman (gila) sekelasnya, dan mengamati berbagai macam ekspresi yang merupakan hal yang sangat disenanginya.

Satu setengah jam berlalu. Haru melirik jam tangannya. Sudah jam tiga, pikirnya. Tiba-tiba teman-temannya sling ribut. Haru mengedarkan pandangan. Ternyata satpam sekolahnya membagikan selebaran. Dia segera bergabung dengan keributan tadi, berusaha mengambil selebaran itu dengan perasaan campur aduk; deg-degan, takut, galau, semuanya.

Sebuah selebaran berhasil diambil olehnya. Haru segera membaca selebaran itu:
"Bla bla bla SMA GANESHA LULUS 100% bla bla bla"
Haru hanya memperhatikan satu kalimat: SMA GANESHA LULUS 100% lalu bersama teman-temannya berteriak senang.

Tiba-tiba, entah siapa yang memulai, mars sekolah mereka dinyanyikan oleh semua siswa yang datang pada saat itu. Haru segera mengambil kamera digital yang daritadi disimpannya dalam tas, lalu mengabadikan momen mengharukan itu dengan video. Haru ikut menyanyikannyaa dengan perasaan bahagia, terharu, sekaligus bangga.

Setelah itu, seperti pada umumnya, teman-temannya segera saling menorehkan tanda tangan di seragam putih abu-abu mereka. Sekali lagi Haru mengabadikannya dalam potret. Dia tersenyum, lebar sekali, seolah satu beban telah terlepas.

"Mau ditanda tangani dimana?" tiba-tiba seorang teman memegang lengan Haru dan bersiap membubuhkan tanda tangannya. Haru menghindar.

"Nggak mau. Aku aja sini yang tanda tangan. Haha," Haru mengambil spidol yang dipegang temannya tadi lalu mencoretkan tanda tangan plus namanya di baju si teman.

Wajah mereka semua bahagia. Haru juga. Berbagai macam hal dilakukan untuk menyalurkan ekspresi kebahagiaannya. Seperti tadi, ada yang saling memberikan tanda tangan, ada yang mencoret baju dengan pilox, ada yang mengegas motornya tanpa menjalankannya, atau seperti Haru yang hanya mengabadikan momen-momen itu lewat kameranya.

Sudah semakin sore. Hujan mulai turun. Teman-temannya dan Haru segera mencari tempat teduh. Sebagian tanda tangan yang ada di baju mereka luntur. Tapi teman-temannya itu mengabaikannya. Tetap tertawa-tawa. Meskipun hujan semakin deras, euforia kelulusan itu belum padam. Bahkan ada yang rela hujan-hujanan untuk berfoto bersama. Haru tertawa saja.

Pelan-pelan gerombolan putihabuabu-ers memudar. Mereka pulang. Haru juga. Dia ingin segera mengabarkan validnya keterangan lulus yang dilihatnya semalam kepada keluarganya.

Hari ini Haru bahagia.

Comments

Popular posts from this blog

Hidup Itu Lucu

Rahasia Lain Istana Langit

Aku Diam (ketika) Aku Diam (karena)