Posts

Showing posts from March, 2013

#2,5 Spesial

Bagian 2,5. 1. Kata oknum N tentang saya: Telah lama ku tahu engkau Punya rasa untukku Kini saat dia tak kembali Kau nyatakan cintamu Namun aku takkan pernah bisa Ku... Takkan pernah merasa Rasakan cinta yang kau beri Ku terjebak di ruang nostalgia Cinta yang kurasa kini Tak berubah sejak dia pergi Maafkanlah ku hanya ingin Sendiri ku di sini 2. Kata oknum Z tentang saya: Dulu kita sahabat Teman begitu hangat Mengalahkan sinar mentari Dulu kita sahabat Berteman bagai ulat Berharap jadi kupu-kupu Kini kita melangkah berjauh-jauhan Kau jauhi diriku karena sesuatu Mungkin ku terlalu bertingkah kejauhan Namun itu karena ku sayang Persahabatan bagai kepompong Mengubah ulat menjadi kupu-kupu Persahabatan bagai kepompong Hal yang tak mudah berubah jadi indah Persahabatan bagai kepompong Maklumi teman hadapi perbedaan Persahabatan bagai kepompong Nanananananana~ Semua yang berlalu Biarkanlah berlalu Seperti hangatnya mentari Siang berganti malam

#2 Spesial

Bagian 2. 140313. Udara di dalam balon hati masih mengembang. Sayangnya, meskipun tidak ada kuliah, saya harus menjalankan amanah. Bersama dengan salah satu dari satu dua tiga empat oknum yang notabene termasuk orang yang paling saya tunggu ucapannya, kami menyusuri jalanan Kota Semarang di bawah teriknya matahari, mencari dana. Mahasiswa, kegiatannya mencari dana, itu sudah biasa. Rasanya hari itu padat sekali. Sorenya, saya masih harus datang kumpul dengan teman-teman pemain peran. Bertemu anggota baru. Saling mengenal. Cukup lama sih, ada mungkin 2 jam, sampai maghrib. Setelah maghrib (rencananya) saya masih harus datang rapat untuk acara himpunan yang tinggal menghitung hari. Sebelum maghrib, sebelum saya harus rapat. Tiga dari satu dua tiga empat oknum yang notabene termasuk orang yang paling saya tunggu ucapannya, kemudian malah mengajak saya makan. Sebenarnya saya lapar juga, tapi saya kepikiran karena harus rapat setelah maghrib (begitu teorinya, menurut jarkom). Pad

#1 Spesial

Bagian 1. 130313. Spesial. Setidaknya bagi saya. Pertama, alhamdulillah banget Allah masih kasih kesempatan buat saya hidup dan mampir di duniaNya selama dua puluh tahun ini. Allah masih kasih kesempatan saya untuk bernafas menghirup udaraNya dan diberikan sehat sampai detik ini. Selanjutnya. Ketika hari itu tiba, saya hanya bisa berucap syukur. Mungkin usia benar-benar mempengaruhi. Bisa dibilang tidak ada lagi keinginan bakal mendapat kado yang bertumpuk, kejutan yang berkesan. Tapi saya akui, saya masih mengharapkan ucapan selamat dari orang-orang yang saya sayangi hehe Kuliah seperti biasanya. Hati rasanya seperti balon yang ditiup terus menerus, mengembang. Saya pikir teman-teman saya melupakan hari istimewa bagi saya ini. Ternyata tidak. Beberapa teman yang saya temui memberikan ucapan selamat. Kekanak-kanakan tidak kalau saya merasa senang bahwa mereka mengingat sedikit bagian dari diri saya? :3 Sama juga di kelas. Cuma, ada satu dua tiga empat oknum yang notabene te