#2 Spesial

Bagian 2.

140313. Udara di dalam balon hati masih mengembang.
Sayangnya, meskipun tidak ada kuliah, saya harus menjalankan amanah. Bersama dengan salah satu dari satu dua tiga empat oknum yang notabene termasuk orang yang paling saya tunggu ucapannya, kami menyusuri jalanan Kota Semarang di bawah teriknya matahari, mencari dana.
Mahasiswa, kegiatannya mencari dana, itu sudah biasa.

Rasanya hari itu padat sekali.
Sorenya, saya masih harus datang kumpul dengan teman-teman pemain peran. Bertemu anggota baru. Saling mengenal. Cukup lama sih, ada mungkin 2 jam, sampai maghrib. Setelah maghrib (rencananya) saya masih harus datang rapat untuk acara himpunan yang tinggal menghitung hari.

Sebelum maghrib, sebelum saya harus rapat.
Tiga dari satu dua tiga empat oknum yang notabene termasuk orang yang paling saya tunggu ucapannya, kemudian malah mengajak saya makan. Sebenarnya saya lapar juga, tapi saya kepikiran karena harus rapat setelah maghrib (begitu teorinya, menurut jarkom). Padahal kalau kami sudah makan dan kumpul, paling minimal 1 jam kami bisa betah ada di tempat itu, itu artinya bisa-bisa saya tidak datang rapat.

Pada akhirnya.
Sambil mengembalikan kotak danus ke produsen, kami meluncur ke TKP. Dan terjadilah sesuatu.

Kronologi:

1. Saya dan oknum N berboncengan mengembalikan kotak danus, sementara oknum Z dan J berboncengan menuju TKP (katanya 'ngecup' tempat). Oknum A entah di mana.

2. Sepulang mengembalikan kotak danus, saya dan oknum N meluncur ke TKP. Sesampainya di sana, oknum N ijin ke kamar mandi dulu dan meminta saya menuju lantai atas.

3. Di lantai atas, terjadilah sesuatu (bagian pertama):
Di pojok ruang, berdiri sebuah lilin putih (baca: yang biasanya dipakai saat mati listrik) di atas sekotak bakpia. Oknum A, Z, dan J sudah duduk manis dan tersenyum (sok) kece sambil menyanyikan lagu 'selamat ulang tahun'. Saya mematung sejenak. Bahagia, itu, sederhana.

4. Saya duduk di salah satu kursi. Saya sempat heran dengan dua meja yang dijadikan satu, padahal kami hanya berlima yang sebenarnya bisa saja duduk dalam satu meja.

5. Ini yang lama-lama menjengkelkan. Satu per satu oknum ijin ke kamar mandi. Dimulai dari oknum Z, padahal oknum N belum kembali ke meja. Setelah itu disusul oknum A. Pada akhirnya hanya tinggal saya dan oknum J yang tetap berada di meja tersebut.

6. Semua oknum mulai muncul satu per satu, dan karena saya entah terlalu terkejut atau apa, yang saya ingat kemudian sesuatu terjadi lagi (bagian kedua):
Dua orang yang bukan termasuk oknum-oknum tadi muncul sambil membawa sebongkah brownies. Ada lilin 20 di atasnya lengkap dengan tulisan 'happy birthday'. Kita sebut mereka tersangka B dan R. Saya cuma bisa bengong, speechless. Lagi-lagi bahagia, itu, sederhana.

Selesai.

Apa yang spesial?
Banyak.
Kejutan-kejutan beruntun dari oknum-oknum dan tersangka.
Kejutan kombinasi bakpia-lilin oleh para oknum. Kejutan munculnya tersangka B dari negeri antah berantah dan tersangka R (yang entah mengapa ikut juga dalam konspirasi), bersamaan dengan brownies angka 20. Kejutan mas-mas pelayan yang membawa amplop tanpa nama (yang kemudian diketahui isinya surat ucapan -confession- dari para oknum. Kejutan dua bungkus kado di mana kado yang dibungkus dengan sangat bagus 'hanya' berisi jajanan ringan dan kado bungkus koran yang berisi hadiah sebenarnya.

Konspirasi yang luar biasa, mengingat biasanya saya waspada terhadap hal-hal yang membuat saya terkejut berlebihan (?)

Kalian istimewa. Terima kasih :)

Comments

Popular posts from this blog

Hidup Itu Lucu

Rahasia Lain Istana Langit

Aku Diam (ketika) Aku Diam (karena)