Kotak Pandora dan Mimpi
Hello WORLD!
Taukah kalian apa yang dimaksud dengan kotak pandora? Sejujurnya saya tidak terlalu mengerti tentang hal itu juga hehe tapi saya punya definisi sendiri untuk sebutan kotak pandora tersebut.
Menurut saya, kotak pandora itu adalah sebuah kotak imajiner dimana di dalamnya berada banyak mimpi-mimpi berharga kita. Dan, saya punya satu kotak pandora.
Akan saya ceritakan satu mimpi yang saya simpan rapat di dalam kotak tersebut.
Kalian pasti tau, setiap anak punya cita-cita yang berbeda. Bahkan sangat mungkin cita-cita seorang anak bisa berubah dalam waktu singkat. Saya juga begitu.
Saya pernah bermimpi menjadi seorang polwan. Menurut saya, menjadi polwan itu keren. Berseragam, dipatuhi banyak orang, gagah. Itu cita-cita saya ketika saya masih SD.
Lalu saya berpikir ulang. Sepertinya saya lebih cocok untuk menjadi seorang arsitek. Maka saya putuskan mengganti cita-cita saya menjadi arsitektur. Ini juga cita-cita saya semasa SD. Dan sebenarnya saya cukup lama bermimpi menjadi seorang arsitektur. Gara-gara ini juga saya suka menggambar.
Beranjak dewasa. Di tengah perjalanan saya menuntut ilmu di SMP, saya memutuskan untuk mengganti cita-cita lagi. Kali ini cukup mainstream. Menjadi dokter. Sementara itu.
Saya melihat betapa mulianya menjadi seorang dokter. Menolong banyak orang, menjadi perantara Allah untuk menyembuhkan saudara-saudara lainnya, dan lain-lain. Tapi masih sekedar menjadi dokter. Belum terpikir oleh benak saya saat itu bahwa menjadi dokter di masa ini butuh keahlian lebih alias spesialisasi.
Masuk SMA. Akhirnya saya memutuskan untuk bertahan pada mimpi saya yang satu ini. Dan memutuskan lebih jauh untuk menjadi dokter anak. Sempat bingung sebenarnya, karena saya juga ingin menjadi dokter bedah. Usut punya usut, saya akhirnya malah memutuskan menjadi seorang dokter kandungan.
Saya realisasikan mimpi itu dengan mendaftar Fakultas Kedokteran di beberapa universitas. Sayangnya, usaha saya mungkin tidak maksimal, doa saya pun mungkin kurang sekali. Dan jadilah saya saat ini, bertahan di lingkungan keteknikan.
Tentang mimpi terakhir saya. Mimpi yang saya jaga sebegitu kuatnya. Mimpi yang entah bagaimana menyemangati hidup saya. Dokter.
Kembali pada kotak pandora. Di antara cita-cita saya tadi, hanya mimpi menjadi dokter lah yang akhirnya saya simpan rapat-rapat di dalam kotak pandora milik saya. Saya taruh di antara lembar-lembar kenangan dan masa lalu.
Saya ingin bercerita tentang saya akhir-akhir ini.
Beberapa saat yang lalu, keadaan memaksa saya untuk berkunjung ke rumah sakit. Bukan, bukan saya memeriksakan diri. Saya hanya menengok teman saya. Tapi ternyata tempat itu memiliki magis tersendiri. Tempat itulah yang sering mengetuk-ketuk kotak pandora saya, membuat mimpi besar yang saya selipkan dalam lembar kenangan ingin meloncat keluar. Seperti ada gaya magnetik di antara keduanya. Gembok kotak pandora saya sudah bergemerincing, kuncinya selalu keluar dari saku saya. Tapi untungnya, tidak benar-benar sampai membuka kotak pandora milik saya tersebut.
Baru beberapa hari yang lalu, saya yang penggila novel ini membeli sebuah. Isinya tentang dokter kandungan, ibu hamil, rumah sakit, dan sebangsanya. Sebenarnya ini novel romantis, percintaan. Hanya saja ada hal yang menggerakkan entah apa itu dalam diri saya.
Kotak pandora saya kembali bergejolak. Mungkin mimpi saya tadi sudah berada di tumpukan paling atas, dan menggedor-gedor tutup kotaknya. Semakin lama saya membaca novel tadi, semakin lemah pengawasan saya terhadap kotak pandora milik saya tersebut.
Lalu, terbuka.
Kotak pandora milik saya terbuka begitu saja. Mungkin dalam alam bawah sadar saya, saya sengaja membuka kotak pandora itu, membiarkan mimpi saya tadi keluar menghambur dan siap menghantui saya lagi.
Dan saat ini, bayangann mimpi itu menari-nari di hadapan saya. Masuk ke dalam pikiran saya. Hampir menggoyahkan tekad dalam hati saya.
Tapi satu hal yang pasti, saya tidak akan membiarkan mimpi tersebut meruntuhkan usaha saya selama kurang lebih satu setengah tahun ini. Saya akan tetap bertahan dengan keteknikan saya, karena sebenarnya saya mulai mencintai pilihan saya, pilihan untuk tetap bertahan meski sedikit 'terpaksa'.
Saya hanya membiarkan mimpi tadi berlari dalam otak saya. Biar dia lelah, lalu kembali lagi ke dalam kotak pandora saya. Saya tidak akan memaksanya untuk mengubur diri, saya hanya ingin memberinya waktu untuk bebas menguasai diri saya, sejenak.
Mimpi saya, apapun itu, adalah harta karun saya. Meski saya tidak mungkin lagi mewujudkannya, tapi tetap saja mimpi itu salah satu hal paling berharga yang saya punya.
Jangan takut untuk bermimpi, kawan! :)
Taukah kalian apa yang dimaksud dengan kotak pandora? Sejujurnya saya tidak terlalu mengerti tentang hal itu juga hehe tapi saya punya definisi sendiri untuk sebutan kotak pandora tersebut.
Menurut saya, kotak pandora itu adalah sebuah kotak imajiner dimana di dalamnya berada banyak mimpi-mimpi berharga kita. Dan, saya punya satu kotak pandora.
Akan saya ceritakan satu mimpi yang saya simpan rapat di dalam kotak tersebut.
Kalian pasti tau, setiap anak punya cita-cita yang berbeda. Bahkan sangat mungkin cita-cita seorang anak bisa berubah dalam waktu singkat. Saya juga begitu.
Saya pernah bermimpi menjadi seorang polwan. Menurut saya, menjadi polwan itu keren. Berseragam, dipatuhi banyak orang, gagah. Itu cita-cita saya ketika saya masih SD.
Lalu saya berpikir ulang. Sepertinya saya lebih cocok untuk menjadi seorang arsitek. Maka saya putuskan mengganti cita-cita saya menjadi arsitektur. Ini juga cita-cita saya semasa SD. Dan sebenarnya saya cukup lama bermimpi menjadi seorang arsitektur. Gara-gara ini juga saya suka menggambar.
Beranjak dewasa. Di tengah perjalanan saya menuntut ilmu di SMP, saya memutuskan untuk mengganti cita-cita lagi. Kali ini cukup mainstream. Menjadi dokter. Sementara itu.
Saya melihat betapa mulianya menjadi seorang dokter. Menolong banyak orang, menjadi perantara Allah untuk menyembuhkan saudara-saudara lainnya, dan lain-lain. Tapi masih sekedar menjadi dokter. Belum terpikir oleh benak saya saat itu bahwa menjadi dokter di masa ini butuh keahlian lebih alias spesialisasi.
Masuk SMA. Akhirnya saya memutuskan untuk bertahan pada mimpi saya yang satu ini. Dan memutuskan lebih jauh untuk menjadi dokter anak. Sempat bingung sebenarnya, karena saya juga ingin menjadi dokter bedah. Usut punya usut, saya akhirnya malah memutuskan menjadi seorang dokter kandungan.
Saya realisasikan mimpi itu dengan mendaftar Fakultas Kedokteran di beberapa universitas. Sayangnya, usaha saya mungkin tidak maksimal, doa saya pun mungkin kurang sekali. Dan jadilah saya saat ini, bertahan di lingkungan keteknikan.
Tentang mimpi terakhir saya. Mimpi yang saya jaga sebegitu kuatnya. Mimpi yang entah bagaimana menyemangati hidup saya. Dokter.
Kembali pada kotak pandora. Di antara cita-cita saya tadi, hanya mimpi menjadi dokter lah yang akhirnya saya simpan rapat-rapat di dalam kotak pandora milik saya. Saya taruh di antara lembar-lembar kenangan dan masa lalu.
Saya ingin bercerita tentang saya akhir-akhir ini.
Beberapa saat yang lalu, keadaan memaksa saya untuk berkunjung ke rumah sakit. Bukan, bukan saya memeriksakan diri. Saya hanya menengok teman saya. Tapi ternyata tempat itu memiliki magis tersendiri. Tempat itulah yang sering mengetuk-ketuk kotak pandora saya, membuat mimpi besar yang saya selipkan dalam lembar kenangan ingin meloncat keluar. Seperti ada gaya magnetik di antara keduanya. Gembok kotak pandora saya sudah bergemerincing, kuncinya selalu keluar dari saku saya. Tapi untungnya, tidak benar-benar sampai membuka kotak pandora milik saya tersebut.
Baru beberapa hari yang lalu, saya yang penggila novel ini membeli sebuah. Isinya tentang dokter kandungan, ibu hamil, rumah sakit, dan sebangsanya. Sebenarnya ini novel romantis, percintaan. Hanya saja ada hal yang menggerakkan entah apa itu dalam diri saya.
Kotak pandora saya kembali bergejolak. Mungkin mimpi saya tadi sudah berada di tumpukan paling atas, dan menggedor-gedor tutup kotaknya. Semakin lama saya membaca novel tadi, semakin lemah pengawasan saya terhadap kotak pandora milik saya tersebut.
Lalu, terbuka.
Kotak pandora milik saya terbuka begitu saja. Mungkin dalam alam bawah sadar saya, saya sengaja membuka kotak pandora itu, membiarkan mimpi saya tadi keluar menghambur dan siap menghantui saya lagi.
Dan saat ini, bayangann mimpi itu menari-nari di hadapan saya. Masuk ke dalam pikiran saya. Hampir menggoyahkan tekad dalam hati saya.
Tapi satu hal yang pasti, saya tidak akan membiarkan mimpi tersebut meruntuhkan usaha saya selama kurang lebih satu setengah tahun ini. Saya akan tetap bertahan dengan keteknikan saya, karena sebenarnya saya mulai mencintai pilihan saya, pilihan untuk tetap bertahan meski sedikit 'terpaksa'.
Saya hanya membiarkan mimpi tadi berlari dalam otak saya. Biar dia lelah, lalu kembali lagi ke dalam kotak pandora saya. Saya tidak akan memaksanya untuk mengubur diri, saya hanya ingin memberinya waktu untuk bebas menguasai diri saya, sejenak.
Mimpi saya, apapun itu, adalah harta karun saya. Meski saya tidak mungkin lagi mewujudkannya, tapi tetap saja mimpi itu salah satu hal paling berharga yang saya punya.
Jangan takut untuk bermimpi, kawan! :)
Comments
Post a Comment