Sebuah Rasa Bernama 'Takut'
Mungkin terlambat aku membaca karya Djenar Maesa Ayu (entah
benar atau tidak caraku menulis namanya). Nayla, judulnya. Bercerita tentang
realita yang mungkin terjadi di tengah-tengah kita yang memilih diam, pura-pura
tidak tahu, pura-pura lupa, atau bahkan (mungkin) benar-benar tidak tahu.
Tentang kehidupan yang tidak selamanya berjalan sesuai kerakusan kehendak
manusia. Tentang kehidupan yang sesungguhnya keras, jika saja kita mau membuka
mata, terlebih hati. Tentang kehidupan yang selama ini dikesampingkan,
dipinggirkan, bahkan dianggap tidak ada. Karena begitu buruknya, begitu
hinanya.
Kamu harus membacanya dari awal sampai akhir, sekuat tenaga
menekan rasa penasaran pada ending
yang ditungkan Djenar. Rasa penasaran ini, apa hanya aku yang merasakannya atau
kamu juga? Entah. Bagiku seperti itu. Alurnya melompat cepat. Otakmu dipaksa
merangkai sendiri kisah yang dituliskannya. Atau lagi-lagi aku sendiri yang
merasakannya? Ya, ini hanya opini saja.
Tapi anehnya, aku suka.
Ini bukan resensi, bukan juga rekomendasi, jadi aku mau langsung ke intinya saja.
Ada satu kalimat yang terekam jelas dalam otakku. Aku lupa ada di bagian berapa
kalimat itu ada. Tapi jelas itu kalimat milik Nayla, sang tokoh utama.
TAKUT MENJADI LEMAH
Ketika anak-anak, sungguh betapa kita nampak tak berdosa,
tak terbebani; dan sesungguhnya benar begitu adanya. Beranjak dewasa, kita
mulai berpikir. Mulai melakukan kesalahan. Mulai berbohong. Mulai berbohong
lagi untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Dan seterusnya. Semakin bertambah
usia, semakin otak kita dipaksa berpikir mencari solusi atas suatu masalah.
Berbohong menjadi lumrah. Ditambah mulai mencari jalan, tanpa melihat
benar-salah-nya, demi suatu jawaban. Atau malah melarikan diri. Dan sebagainya.
Intinya apa?
Kenapa berbohong? Karena kita takut ketahuan. Takut menjadi
bulan-bulanan. Takut dicap pendosa. Takut tidak lagi dipercaya. Dan seterusnya.
Kenapa menghalalkan segala cara demi sebuah jawaban? Karena takut dipecat.
Takut dianggap buruk. Kenapa melarikan diri? Takut masalah tidak akan selesai.
Takut gagal. Takut memulai sesuatu (disini sesuatu adalah mencari solusi).
Takut suatu hari akan berhenti di tengah jalan, tanpa tahu harus bagaimana.
Takut salah melangkah. Dan sebagainya.
Lalu rasa takut berkuasa. Menjadikan lemah. Menjadikan manusia
memiliki rahasianya masing-masing. Bahkan rasa takut bisa membuat orang menjadi
berani. Mungkin ini takut yang positif. Entah.
Rasa takut benar-benar punya andil besar dalam kehidupan
manusia. Seringnya, orang pura-pura tidak merasa takut. Untuk apa? Untuk tampak
kuat di mata orang-orang di sekitarnya.
Padahal, mereka hanya TAKUT MENJADI LEMAH.
Comments
Post a Comment