Bagian 2: Karena Pengangguran Itu Ngga Enak

Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia !

72 tahun sudah Indonesia ini "merdeka" dari penjajahan bangsa lain. Harapannya, kita sebagai masyarakatnya, juga ikut merdeka. Bebas melakukan apapun selama ngga melanggar etika moral, agama, nilai-nilai kebangsaan, HAM.

Termasuk, merdeka dari skripsi buat para pejuang kuliah tingkat akhir, dan merdeka dalam mencari pekerjaan heheh.

Sekian prolognya.

Lanjut ke topik utama.

Kenapa pengangguran itu ngga enak ?
Karena pengangguran itu merdekanya semu, merdeka dari masa-masa ngerjain tugas kuliah atau persiapan kuis/UAS/sidang yang hectic. Pengangguran justru ngga merdeka, ngga punya duit sendiri soalnya, masih minta-minta ke orangtua.

Pengangguran itu menguras stabilitas diri coy. Mulai dari fisik, otak, bahkan hati.

1. Menguras fisik.
Padahal namanya pengangguran, alias nganggur, alias ngga melakukan apa-apa, alias ngga ada kerjaan. Kok bisa menguras fisik? Ya karena ngga ada kerjaan itulah, lama-lama fisik jadi lemes karena kebanyakan males. Makin menikmati waktu luang, makin mupuk males. Pada akhirnya, buat gerak lagi luaaarrrr biasa susahnya.

2. Menguras otak.
Otak ini macem mesin kendaraan. Makin ngga dipake makin dingin, Kalo udah dingin, susah dinyalainnya. Sama, otak juga makin ngga dipake mikir makin alot aja gitu nyari memorinya, makin susah buat mikir yang agak berat dikit, makin kayak sepuh-sepuh yang mulai pikun. Lama-lama otak kehabisan tenaganya. Jadi tumpul. Jadi susah nyari vocab pas mau menjelaskan suatu hal pada orang lain. Jadi susah ngitung kembalian dari penjaga warung. Otak kayak kehilangan kesahajaannya sebagai poros intelejensi manusia.

3. Menguras hati.
Pengangguran level awal akan sering ditanya: udah kerja dimana? Yang ngebikin beberapa dari kita/mereka ini down. Well mungkin ngga cuma beberapa sebenernya. Karena bentuk-bentuk pengangguran ini banyak macemnya. Yang easy going paling ditanggapi santai aja komen "kerja dimana" atau "terakhir sampe tahap apa", eh tapi kalo kelamaan bisa kepikiran juga loh. Yang aslinya udah over-thinker, pertanyaan kayak tadi bisa aja bikin nambahin pikiran. Terus buat yang optimis, pertanyaan-pertanyaan/komen-komen macem begitu jadi pemantik buat lebih giat, lebih gigih dapet kerja. Tapi buat yang ngga optimis-optimis amat, makin mengkeret rasa percaya dirinya. Apapun itu, gimanapun karakternya orang-orang (yang lagi pengangguran baik yang level awal maupun yang tahap akut), tetep bakal menguras hati. Menguras kepercayaan diri, menguras keberanian bicara di depan kelompok, menguras rasa sabar, menguras kebesaran hati buat selalu memaafkan komen-komen yang rada pedes, dll.

Jadi pengangguran itu emang ngga enak. Makanya pas menyandang status "dipelihara negara" gini harusnya kita (yang pengangguran) banyak melakukan hal-hal yang bikin fisik, otak, sama hati kita berjalan terus, setidaknya berjalan secara normal.

Tapi perlu diingat sih, pengangguran bukan sebuah kesalahan.
Toh kadang kita udah berusaha sekeras batu karang, tetep aja rejeki belum nemplok.

Itu juga yang harus diintrospeksi dari diri sendiri.
Mungkin kitanya kurang "pedekate" sama Tuhan. Mungkin Tuhan masih pengen kita memohon dengan sungguh-sungguh biar dibukakan pintu rejeki.

Positive thinking aja, dear sesama manusia yang sedang dipelihara negara: Rejeki ngga ketuker kok, Rejeki ngga akan kemana-mana.

Saatnya kita berusaha lebih keras dibanding yang lainnya. Saatnya kita membangun benteng baja dari banyaknya lamaran yang ditolak, demi melatih mental jadi lebih kuat. Saatnya kita lebih mendekatkan jarak hati kita kepada Tuhan.

Mumpung waktunya luang.

Semangat !

Comments

Popular posts from this blog

Hidup Itu Lucu

Rahasia Lain Istana Langit

Aku Diam (ketika) Aku Diam (karena)