[High School's End Euforia] "Bicara tentang Masa Depan"

Haru melangkah masuk ke rumahnya. Selebaran tadi diberikannya pada ayah ibunya. Mereka hanya tersenyum dan memberi selamat. Bukan apa-apa, seperti halnya Haru, kedua orangtuanya telah mengetahui perihal kelulusannya semalam.

Malam ini Haru ingin sendiri.

Haru lega. Setidaknya ada satu beban yang terlepas dari pundaknya. Dia bersyukur pada Tuhan karena nikmatNya yang tak terhingga, pada kelulusan yang diterimanya.

Tapi lalu senyum Haru perlahan memudar. Mengingat masa depannya yang masih kabur. Dia ingin, ingin sekali, menjadi dokter. Menolong orang banyak, melihat orang-orang tersenyum karena telah sehat, membantu mereka yang membutuhkan. Haru ingin, ingin sekali.

Dalam diamnya, Haru berpikir lagi. Selama ini nilainya tidak buruk tapi tidak terlalu baik juga. Pas-pasan lah. Apalagi untuk mata pelajaran IPA. Haru mulai gelisah. Dia sempat mendaftarkan diri di SNMPTN Undangan. Selalu ada optimis pada dirinya, tapi tetap saja virus pesimis menderanya. Semakin hari, virus itu semakin bertubi-tubi menghajarnya.

Fakultas Kedokteran menurut Haru adalah sebuah jurusan elite. Diperebutkan hampir sebagian besar anak-anak IPA di sekolahnya, bahkan mungkin hampir tiap sekolah pun seperti itu. Artinya, saingannya sangat sangat sangat banyak dan tidak main-main.

Haru bingung. Saat ini dia hanya bisa berharap. Semoga keberuntungan tetap dan selalu berpihak padanya. Semoga Tuhan mengabulkan permohonannya. Semoga dia diberikan yang terbaik.

Ah, Haru mulai galau.

Comments

Popular posts from this blog

Hidup Itu Lucu

Rahasia Lain Istana Langit

Aku Diam (ketika) Aku Diam (karena)